Sabtu, 20 April 2013

1. NEGARA PEJAJARAN

Pertama - tama diceritakan perihal perjalanan hidup pangeran Walangsungsang, hingga datang kepada ceritaan yang Sinuhun Susuhan Cirebon.

Adapun yang dibuka oleh cerita ini adalah menceritakan sesuatu praja di Pejajaran Ratu Agung di Tanah Sunda yang bernama Sri Sang Ratu Dewata Wisesa, mashur disebut Sri Mahaprabu Siliwangi. Beristri tiga orang, ialah Ambetkasih, Aci Bedaya dan permaisuri Ratu Subanglarang. Sang Prabu berputra empat puluh orang. Sang Prabu bersabda, "Hai anakku Walangsungsang, aku lihat engkau bermuram durja, semuanya prihati tidak sama dengan sesama yang berkumpul duduk. Apa yang jadi kesedihan engkau, bukankah engkau calon Prabu Anom memangku negara? Atau putri yang engkau inginkan, bari tau saja mana yang engkau sukai, jangan engkau bersedih hati, tidak bagi pribawa semuanya kraton."

Sang putra menjawab dengan kidmat sambil menundukkan kepala dan mengeluarkan air mata, "Duhai Gusti, murka dalem yang hamba mohon, karena tadi malam hamba mimpi bertemu dengan seorang lelaki yang elok danagung memberi wejangan agama Islam sarengat Nabi Muhammad yang jadi utusan yang widi, namun menyesal sekali belum tuntas hamba sudah terjaga. Sekarang hamba rindu sekali kepada agama islam, mengingat tidak adanya guru untuk meneruskan pelajaran agama Islam itu". Sang prabu berkata sambil tersenyum "Walangsungsang, engkau orang muda jangan terlanjur, engkau kena sihir, kena bius Muhammad yang mengaku menjadi anutan, yang jadi duatnya widi, sungguh dusta seenak nafsunya, karena sesungguhnya anutan itu adalah Yuang Brahma Yuang Wisnu itu sesungguhnya agama Dewa yang mulia. Yang Jagad Nata Pangerannya orang setriloka. Sejak dahulu hingga sekaranga para leluhur tidak menghendaki dirubah." Walangsungsang menjawab sambil menyembah, "Duhai Gusti mohon ampunan Dalem, pengertian, kebijaksanaan dan pemaafan Dalem yang hamba mohonkan, karena hamba lebih condong / suka sarengat Nabi Muhammad dan sesungguhnya Ilahi yang wajib disembah itu melainkan Allah yang tiada sekutu sesama yang baharu ( Makhluk )."

Sang prabu murka, karena sang putra tidak patuha bertentangan dengan agamanya. Sang puatra dimarahi diusir Keluar dari praja Pejajaran. Walangsungsang menjadi suka hatia, segera pamit, menghindari hadapan Sang Prabu, keluar sudah dari Istana, terus berjalan masuk hutan keluar hutan naik gunung turun gunung menuju kearah timur. Ratu Mas Rarasantang sedang rindu kepada kakaknya, ialah Walangsungsang, menangis siang malam selama empat hari akhirnya Rarasantang mimpi bertemu dengan seorang lelaki pula yang berupa kesatria lagi berbau harum memberi pelajaran agama islam, menyuruh berguru sarengat Jeng Nabi Muhammad dan diramal kelak mempunyai suami Ratu Islam dan akan mempunyai anak lelaki yang punjul. Rarasantang segara terbangun, ingat kepada impiannya lalu keluar dari kraton, menyusul kakaknya, Walangsungsang, terus berjalan.

Diceritakan di dalam kraton geger busekan / panik, karena sang putri menghilang melolos tanpa bekas. Jeng Ratu Subanglarang sangat olehnya menangis menyungkemi Sang Prabu karena kedua putranya hilang. Sang Prabu kaget sekali, segera memanggil menghadap seluruh para putra sentara, patih, bupati, para wadyabala dikumpulkan. Sang prabu berkata, "Hai patih Argatala, Dipati Siput, sekarang carilah putraku, Dewi Rarasantang hilang dari Kraton dan Walangsungsanga disuruh pulang. Sungguh jangan tidak teriringi keduanya." Patih Argatala menjawab sandika. Ia segera keluar dari kraton mengumumkan kepada seluruh para wadyabala di Pejajaran geger panik lalu menyebar ke berbagai penjuru. Patih Argatala mencarinya dengan berlaku bertapa menuruti perjalanan pendeta. Dipati Siput mencarinya memasuki hutan menuruti perjalanan hewan. Para putra pada bertapa atau berlaku sebagai dukun, sebagian membangun kerajaan. Padaa wadyabala bubar ke masing - masing tujuannya, mereka takut, tidak berni pulang sebelum mendapat karya.

SEBELUM MEMBACA, HENDAKNYA BUKA INI DULU!
2. GUNUNG MAARAPI 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar